Senin, 09 Februari 2009

ADOPSI ATM DENGAN PENDEKATAN TAM (STUDIPERSEPSI NASABAH PERBANKAN KOTA PADANG)

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) oleh Davis (1989) sebagai model penelitian, untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu persepsi manfaat dan persepsi kemudahan terhadap variabel terikat yaitu minat melalui sikap sebagai variabel intervening. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari penyebaran kuesioner pada 150 orang nasabah bank di kota Padang dengan metode convenience sampling. Analisis data dilakukan menggunakan model persamaan struktural (Structural Equation Model) dengan analisis jalur (path analysis) melalui program aplikasi AMOS 5.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat tidak berpengaruh langsung terhadap minat tetapi berpengaruh signifikan terhadap sikap. Kemudahan berpengaruh langsung terhadap minat dan melalui sikap. Sedangkan sikap berpengaruh signifikan terhadap minat.

Kata kunci: persepsi manfaat, persepsi kemudahan, sikap, minat





I. PENDAHULUAN


Dewasa ini dunia telah dilanda globalisasi yang membawa perubahan pada lingkungan bisnis dan persaingan. Perusahaan dituntut untuk selalu bersikap proaktif dalam menanggapi berbagai perubahan lingkungan yang bersifat dinamis dengan menciptakan dan mengembangkan strategi bisnis. Salah satu perubahan yang dihadapi perusahaan adalah kemajuan teknologi. Teknologi mengalami perubahan signifikan dari generasi ke generasi. Gelombang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi semakin meningkat dan tidak dapat ditahan lagi. Dampak yang perlu dikaji dari kehadiran teknologi informasi dan komunikasi ini adalah terjadinya perubahan pada beberapa hal antara lain cara bekerja maupun proses bisnis.


Perbankan merupakan salah satu industri yang paling cepat dalam menyerap perkembangan teknologi informasi ini. Ketatnya persaingan antarbank akibat deregulasi yang ditempuh pemerintah menuntut perbankan untuk senantiasa meningkatkan efisiensi dan mutu pelayanannya kepada masyarakat. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah memanfaatkan Teknologi Sistem Informasi (TSI), diantaranya dengan memberikan layanan melalui Automated Teller Machine (ATM).


Untuk menjelaskan interaksi individu dengan sistem informasi dalam model TAM ini maka diperlukan teori dasar dan model penerimaan teknologi informasi yaitu: Theory of Reason Action, Theory of Planned Behaviour, Social Cognitive Theory, Task-Technology Fit Theory, hingga Technology Acceptance Model. Penelitian ini akan menggunakan model dasar pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) oleh Davis (1989), yang meliputi: manfaat (usefulness), kemudahan penggunaan (ease of use), sikap dan keinginan untuk menggunakan ATM.


Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui pengaruh persepsi manfaat dan persepsi kemudahan terhadap sikap nasabah dalam menggunakan Automated Teller Machine (ATM), (2) mengetahui pengaruh persepsi manfaat dan persepsi kemudahan terhadap minat nasabah dalam menggunakan Automated Teller Machine (ATM), serta (3) mengetahui pengaruh sikap (attitude) sebagai variabel intervening dari persepsi manfaat dan persepsi kemudahan terhadap minat menggunakan ATM.

II. TINJAUAN LITERATUR, HIPOTESIS, DAN MODEL PENELITIAN


Technology Acceptance Model (TAM) adalah teori yang menjelaskan penerimaan individu terhadap penggunaan sistem informasi. Model TAM ini menerangkan tentang keterkaitan antara teknologi informasi dengan faktor lain yang menjadi objek penelitian yang berkembang pesat pada tahun 1990-an, diantaranya adalah Silver, Markus, dan Beath (1995) mengenai model interaksi teknologi informasi; dan Brynjolfsson dan Hitt (2000) mengenai teknologi informasi, transformasi bisnis, dan kinerja perusahaan. Untuk menjelaskan interaksi individu dengan sistem informasi dalam model TAM ini maka diperlukan teori dasar dan model penerimaan teknologi informasi yang lain seperti: Theory of Reason Action, Theory of Planned Behaviour, Social Cognitive Theory, Task-Technology Fit Theory, hingga Technology Acceptance Model.


TRA adalah teori yang menjelaskan bahwa minat seseorang untuk melakukan atau tidak suatu perilaku merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku. Teori ini diderivasi dari penelitian sebelumnya yang dimulai dari teori sikap yang mempelajari tentang sikap dan perilaku. Theory of Reasoned Action (TRA) oleh Ajzen dan Fishbein (1980) ini lahir karena kurang berhasilnya penelitian-penelitian yang menguji teori sikap, yaitu hubungan antara sikap dan perilaku. TRA menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan karena individu mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya (behavioral intention). Davis, Bagozzi, dan Warshaw (1989) menyatakan bahwa kinerja seseorang mengenai perilaku ditentukan oleh tujuan untuk menjalankan perilaku, dan tujuan tersebut ditentukan oleh sikap dan norma subjektif.


Teori perilaku rencanaan (Theory of Planned Behavior atau TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu dengan penambahan variabel perceived behavioral control selain perilaku dan norma subjektif, untuk menerangkan situasi dimana individu tidak memiliki pengendalian terhadap perilaku yang diinginkannya (Tulipa dan Widya, 2005). Asumsi dasar teori perilaku rencanaan (Theory of Planned Behavior atau TPB) ini adalah banyak perilaku tidak semuanya dibawah kontrol penuh individu sehingga variabel perceived behavioral control perlu ditambahkan untuk mengontrol perilaku individu yang dibatasi oleh kekurangan dan keterbatasan dari kekurangan sumber daya yang digunakan untuk melakukan perilakunya (Chau dan Hu, 2002). Dengan demikian terjadi hubungan antara sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior), norma subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) terhadap minat.


Teori kognitif sosial merupakan teori tentang perilaku individual. Teori kognitif sosial berbasis pada premis bahwa pengaruh-pengaruh lingkungan seperti tekanan sosial atau karakteristik sosial yang unik, kognitif, faktor personal lainnya termasuk personaliti dan karakteristik demografik, serta perilaku saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hubungan timbal balik antara lingkungan (karakteristik situasional), perilaku, dan kognitif (faktor personal) ini disebut sebagai timbal balik segitiga (triadic reciprocality). Berdasarkan hubungan timbal balik segitiga ini kemudian Compeau dan Higgins (1995) mengembangkan model yang berbasis teori kognitif sosial untuk menunjukkan hubungan saling mempengaruhi antara tiga faktor, yaitu: kognitif, lingkungan, dan perilaku.


Teori kesesuaian tugas-teknologi (Task-Technology Fit Theory) secara lebih rinci dapat didefinisikan sebagai suatu profil ideal yang dibentuk dari suatu kumpulan ketergantungan tugas yang konsisten secara internal dengan elemen-elemen teknologi yang akan berakibat pada kinerja pelaksana tugas. Suatu tugas didefinisikan secara luas sebagai tindakan yang dilakukan individu untuk merubah input menjadi output. Inti dari model fit adalah konstruk yang disebut kecocokan tugas dengan teknologi, yaitu kesesuaian antara kemampuan teknologi dengan tuntutan pekerjaan, atau kemampuan teknologi untuk mendukung pekerjaan (Zigurs et al., 1998).


Technology Acceptance Model (TAM) diperkenalkan pertama kali oleh Fred D. Davis pada tahun 1989, sebagai adaptasi dari Technology of Reason Action (TRA). Menurut Davis (1989), tujuan utama TAM adalah untuk memberikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap, dan tujuan pengguna. TAM mendeskripsikan terdapat dua faktor yang secara dominan mempengaruhi integrasi teknologi. Faktor pertama adalah persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi (perceived usefulness, disingkat PU), dan faktor kedua adalah persepsi pengguna terhadap kemudahan penggunaan teknologi (perceived ease of use, disingkat PEU). Kedua faktor tersebut mempengaruhi minat untuk memanfaatkan teknologi. Selanjutnya minat untuk memanfaatkan teknologi mempengaruhi penggunaan yang sesungguhnya.
Penelitian sebelumnya oleh Davis dan Chau, Igbaria et al., dan Sun dalam Nasution (2004) menunjukkan bahwa manfaat (perceived usefulness) dan kemudahan (perceived ease of use) mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap minat atau keinginan untuk menggunakan (attitude towards using).


Adopsi adalah salah satu kegiatan seseorang dalam membuat keputusan dan melalui ini inovasi diterima. Adopsi sebagai suatu proses keputusan memerlukan jenjang waktu tertentu, bukan merupakan suatu proses yang seketika. Saat ini telah banyak studi yang dilakukan khususnya membahas pemanfaatan dan adopsi ATM. Beberapa di antaranya dengan investigasi secara demografis, psikografis, dan profil motivasi dari pengguna ATM maupun dari bukan pengguna dan sebab-sebab dari resistensi adopsi ATM, serta baru-baru ini, pentingnya penekanan terhadap beberapa faktor yang diamati sebagai perkiraan terhadap penggunaan ATM (Filotto et al., 1997).


Yulihasri dan Ramayah (2006: 190) menyatakan bahwa: “Sikap sangat penting dan menjadi perantara dalam aturan sistem adopsi atau pengembangan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi manfaat dan antara persepsi manfaat dan minat untuk menggunakan”.


Ndubisi, Jantan, dan Richardson (2001), melakukan penelitian terhadap validitas pendekatan TAM bagi pengusaha. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan teknologi informasi di antara pengusaha Malaysia dipengaruhi secara langsung oleh persepsi terhadap manfaat dan berpengaruh secara tidak langsung terhadap persepsi kemudahan. Artinya, dengan adanya persepsi manfaat akan dirasakan kemudahan penggunaannya. Tulipa dan Widya (2005), mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi niat adopsi teknologi dalam hal ini internet terhadap niat beli produk di kalangan pengguna internet di Surabaya. Model yang dibangun dari Technology Acceptance Model (TAM) dan Customer Decision Model (CDM) dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa persepsi konsumen atas daya guna dan kemudahan menggunakan internet mempunyai pengaruh positif terhadap sikap seseorang untuk menggunakan internet. Sementara minat beli melalui internet dipengaruhi oleh sikap menggunakan internet, informasi produk, kepercayaan terhadap produk, dan sikap akan produk yang ditawarkan melalui internet.


Hipotesis yang dikemukakan berdasarkan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:
H1: perceived usefulness berpengaruh signifikan terhadap sikap (attitude) untuk menggunakan ATM.
H2: perceived ease of use berpengaruh signifikan terhadap sikap (attitude) untuk menggunakan ATM.
H3: perceived usefulness berpengaruh signifikan terhadap minat untuk menggunakan (intention to use) ATM.
H4: perceived ease of use berpengaruh signifikan terhadap minat untuk menggunakan (intention to use) ATM.
H5: Sikap (attitude) terhadap ATM sebagai intervening berpengaruh signifikan terhadap minat untuk menggunakan (intention to use) ATM.

III. METODE PENELITIAN


Objek penelitian yang digunakan adalah layanan inovasi teknologi Automated Teller Machine (ATM) yang digunakan oleh bank umum, baik bank pemerintah maupun bank swasta di Kota Padang, dengan jumlah sampel sebanyak 150 orang responden. Tipe sistem informasi yang diteliti adalah Automated Teller Machine (ATM) dengan rancangan penelitian bersifat cross-sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: data primer, yaitu data asli atau data mentah yang langsung diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan. Pengumpulan dilakukan dengan field research yaitu penelitian terhadap nasabah melalui kuesioner langsung. Instrument pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada instrument yang sudah dibuat dalam penelitian terdahulu, masing-masing diukur dengan menggunakan skala Likert dengan lima kategori, yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) ragu-ragu, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. Pengukuran variabel dalam penelitian ini meliputi: persepsi manfaat dan persepsi kemudahan sebagai variabel independen, sikap sebagai variabel intervening, dan minat sebagai variabel dependen.



IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN



Hipotesis 1, 2, 4, dan 5, mempunyai nilai CR pada regression weight (CR>1.96). Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa persepsi manfaat dan persepsi kemudahan dapat mempengaruhi sikap nasabah, tetapi persepsi manfaat tidak dapat mempengaruhi minat nasabah secara langsung. Minat hanya dapat dipengaruhi oleh persepsi kemudahan dan sikap sebagai variabel intervening.


Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa persepsi manfaat berpengaruh signifikan terhadap sikap (attitude) untuk menggunakan ATM mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan analisis regresi dengan menggunakan persamaan struktural AMOS. Secara spesifik, manfaat ATM yang dapat meningkatkan efektivitas nasabah dalam bekerja, efisiensi terhadap waktu, tidak perlu lagi harus mengantri di bank, fleksibilitas dalam bertransaksi, serta manfaat lainnya yang dirasakan oleh nasabah dapat mempengaruhi sikap nasabah ke arah yang positif terhadap ATM. Hal ini disebabkan oleh aktivitas nasabah yang semakin bergerak (mobile) sehingga membutuhkan ATM sebagai teknologi yang menawarkan pelayanan yang lebih fleksibel dan efisien tanpa harus mengorbankan waktu, tenaga dan aktivitas yang lain ketika akan melakukan transaksi perbankan. Selain itu, responden dalam penelitian ini juga meliputi wiraswasta dan pegawai negeri yang telah bekerja, sehingga keberadaan ATM sangat mempengaruhi efektivitas dalam bekerja, khususnya bagi wiraswasta yang memanfaatkan ATM untuk menunjang kegiatan bisnis yang dijalankan melalui penarikan tunai maupun transfer. Begitu juga dengan pegawai negeri yang dapat memanfaatkan ATM untuk melakukan penarikan tunai, karena saat ini umumnya kebutuhan harian mereka terpenuhi melalui gaji yang telah langsung ditransfer ke rekening mereka masing-masing.


Hipotesis 2 menyatakan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap sikap (attitude) untuk menggunakan ATM mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan analisis regresi dengan menggunakan persamaan struktural AMOS. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kemudahan penggunaan ATM (Automated Teller Machine) yang dirasakan oleh nasabah perbankan di Kota Padang akan mempengaruhi arah sikap nasabah itu sendiri. Jika nasabah merasakan kemudahan ketika menggunakan ATM (Automated Teller Machine) dibandingkan alternatif lainnya, maka mereka akan bersikap positif untuk menggunakan ATM (Automated Teller Machine) tersebut dalam melakukan transaksi perbankan.


Hipotesis 3 menyatakan bahwa persepsi manfaat berpengaruh signifikan terhadap minat untuk menggunakan (intention to use) ATM tidak mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan analisis regresi dengan menggunakan persamaan struktural AMOS. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa manfaat bukanlah faktor utama yang langsung mempengaruhi nasabah mempunyai minat untuk menggunakan ATM (Automated Teller Machine). Tetapi, secara tidak langsung faktor manfaat mempengaruhi minat dengan dimediasi oleh sikap dalam menggunakan ATM (Automated Teller Machine). Satu indikator pada variabel manfaat yang digunakan dalam penelitian ini bahwa ATM dapat meningkatkan prestise/gengsi tidak dapat dinyatakan sebagai indikator yang valid sehigga manfaat tidak mempengaruhi minat nasabah menggunakan ATM. Hal ini disebabkan oleh minat nasabah menggunakan ATM sama sekali bukan didorong oleh faktor gengsi namun lebih cenderung karena faktor kepentingan dan kebutuhan. Artinya, setiap nasabah yang akan menabung di bank secara otomatis diberikan kartu ATM, walalupun nasabah tersebut memilih untuk tidak menggunakannya. Jika dilihat dari hasil survey pada penelitian ini melalui lama penggunaan dan frekuensi yang cukup besar, menunjukkan bahwa nasabah menggunakan ATM bukan karena gengsi tapi karena kebutuhan akibat dari kemudahan yang ditawarkannya. Selain itu, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa (48%) yang jelas membutuhkan ATM baik untuk menutupi kebutuhan hariannya yang ditransfer oleh orang tua mereka melalui ATM serta tuntutan dari kebijaksanaan beberapa perguruan tinggi yang memaksa mahasiswa mempunyai ATM ketika membuka rekening di bank, walaupun hanya digunakan utuk membayar uang kuliah (SPP).


Hipotesis 4 menyatakan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap minat untuk menggunakan (intention to use) ATM mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan analisis regresi dengan menggunakan persamaan struktural AMOS. Kemudahan mengoperasikan, menjadi terampil, kemudahan berinteraksi, menggunakan tanpa bantuan orang lain, memahami bahasa dalam panduan, serta kemudahan lainnya yang dirasakan oleh nasabah dapat mempengaruhi minat nasabah secara langsung terhadap penggunaan ATM. Hal ini disebabkan oleh mayoritas responden yang ditemukan dalam penelitan ini berstatus sebagai pelajar/mahasiswa, sehingga tidak sulit menggunakan ATM. Mesin ATM menyediakan tombol yang mudah digunakan serta petunjuk bahasa melalui kata-kata yang mudah dimengerti tanpa bantuan orang lain. Kemudahan ini juga muncul karena setiap nasabah yang membuka rekening di bank pada umumnya juga langsung dibekali dengan buku petunjuk penggunaan ATM. Selain itu, melihat pada lama penggunaan dan frekuensi nasabah menggunakan ATM terlihat bahwa pada umumnya nasabah sudah lama dan sudah terbiasa menggunakannya sehingga mereka tidak lagi menganggap ATM sebagai teknologi rumit.


Hipotesis 5 menyatakan bahwa sikap (attitude) berpengaruh signifikan terhadap minat untuk menggunakan (intention to use) ATM mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan analisis regresi dengan menggunakan persamaan struktural AMOS. Sikap nasabah terhadap ATM sebagai solusi yang positif, bijak, tepat dan memuaskan dapat mempengaruhi minat nasabah untuk menggunakan ATM. Hal ini disebabkan oleh mayoritas responden memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang cukup baik untuk memahami sebuah inovasi seperti ATM, selain itu dorongan faktor kemudahan dari penggunaan mesin ATM membuat nasabah telah mampu berpikir rasional bahwa ATM adalah solusi terbaik bagi mereka.


V. KESIMPULAN


Penelitian ini menguji pengaruh persepsi manfaat, persepsi kemudahan terhadap sikap dan minat nasabah bank umum di Kota Padang menggunakan ATM (Automated Teller Machine). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis model persamaan struktural dengan program aplikasi AMOS 5.0. Pengujian hipotesis 1, 2, 3, 4, dan 5 yang diajukan, tidak semuanya mendukung ekspektasi peneliti. Setelah dilakukan modifikasi dengan menghilangkan jalur manfaat (M_ATM) terhadap minat (T_ATM) diperoleh model yang sesuai dengan semua kriteria goodness of fit yang disyaratkan dan dapat diterima sebagai model penelitian, yaitu nilai chi square dan df yang menyertai, GFI, AGFI, NFI, serta TLI yang melebihi 0,90, sehingga diperoleh hasil pengujian hipotesis yang baru. Pertama, persepsi manfaat terbukti berpengaruh signifikan terhadap sikap. Kedua, persepsi kemudahan terbukti berpengaruh signifikan terhadap sikap. Ketiga, persepsi kemudahan terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat. Keempat, sikap sebagai variabel intervening terbukti berpengaruh signifikan terhadap minat.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan, diantaranya: memberikan informasi atau hasil yang sangat umum saja tentang minat nasabah dalam menerima penggunaan teknologi ATM. Dalam penelitian ini hanya dua variabel independent yang digunakan untuk menjelaskan minat seseorang menggunakan teknologi. Padahal, dalam TAM telah banyak variabel eksternal yang ditemukan. Penelitian ini juga hanya menggunakan satu sistem informasi yaitu ATM dan dalam waktu satu periode saja yaitu tahun 2007.

VI. REFERENSI


Ajzen, I dan Fishbein, M (1980). Theory of Planned Behavior. Available http: //www.ssrn.com
Chau, P.Y.K, dan Hu, P.J. (2002). Examining a model of information technology acceptance by individual professionals: An exploratory study, Journal of Management Information Systems, Vol 18, pg 191-229.
Compeau, D., Higgins, C., dan Huff, S. (1999). Social cognitive theory and individual reactions to computing technology: A longitudinal study, MIS Quarterly, Vol 23, pg 145-158.
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of information technoloy, MIS Quarterly, Vol 13, pg 983-1003.
Davis, F. D., R.P. Bagozzi dan P.R Warshaw. (1989). Extrinsic and intrinsic motivation to use computers in the workplace, Journal of Apllied Psychology, Vol 22, pg 1111-1132.
Filotto., Umberto., Tanzi., Musile, Paola M., Saita., dan Francesco. (1997). Customer needs and front-office technology adoption. The International Journal of Bank Marketing, Vol 15, No. 1, Pg 13.
Ghozali, Imam. (2004). Model Persamaan Struktural: Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Ver 5.0, BP UNDIP.
Hair, J., Black, W., Babin, B., Anderson, R., dan Tatham, R. (2006). Multivariate Data Analysis, Edisi 6 (Pearson International Edition), New Jersey: Prentice Hall.
Hermana, B. (2005). Model adopsi Automated Teller Machine dengan menggunakan Technology Acceptance Model: Reliabilitas dan Validitas. Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan komunikasi Indonesia.
Jogiyanto. (2007). Sistem Informasi Keprilakuan, Edisi I, Yogyakarta: ANDI.
Manning, ML dan Munro, D. (2004). The Business Survey Researcher’s SPSS Cookbook. Tweed Heads, NSW, Australia.
Nasution, F. N. (2004). Penggunaan teknologi informasi berdasarkan aspek perilaku. USU Digital Library, Medan.
Ndubisi, Jantan, dan Richardson, S. (2001). Is the technology acceptance model valid for entrepreneurs?. Asian Academy of Management Journal, Vol 6, No. 2, pg 31-54.
Rahayu, S. D dan Faisal. (2005). Pengaruh kepemilikan saham manajerial dan institusional pada struktur modal perusahaan. Jurnal bisnis dan Manajemen, Vol 2, No.2, pg 190-200.
Rivai, H. A. (2001). Pengaruh kepuasan gaji, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi terhadap intensi keluar. Thesis S2. Univ Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tulipa dan Widya. (2005). Kumpulan Abstrak Hasil Penelitian. Http: //www.google.com
Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Buku 1 dan 2, Edisi 4, Jakarta: Salemba Empat.
Yulihasri dan Ramayah, T. (2006). Using TAM to explain intention to shop online among university students. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol 2, No. 3, pg 187-195.
Zigurs, I., dan Buckland. (1998). A theory of task/technology fit and group support systems effectiveness, MIS Quarterly, Vol 22, pg 313-334.